Kamis, 07 Juni 2012

Antara Pasir dan Batu

Antara Pasir dan Batu

" Bila ditanya, hal apa yang terpenting di dalam hidup Anda. Apa jawabannya?"


  Sulit rasanya memilih salah satu hal untuk dijadikan yang terpenting di dalam hidup. Kalau dipikir-pikir, semuanya penting. Keluarga itu penting. Pekerjaan itu penting. Tetapi, sebenarnya ada satu hal yang terpenting di dalam hidup. Mau tahu jawabannya?
Pada suatu ketika, seorang mahasiswa tertegun dan tak beranjak dari ruang kelasnya. Ia sengaja menunggu teman mahasiswa lainnya keluar untuk berbincang-bincang dengan profesor, pengajarnya. "Pak profesor, boleh saya berbincang sebentar dengan bapak?" tanyanya. Dengan ramah sang profesorpun mengesampingkan buku dan perlengkapan yang hendak dibereskan. Menarik kursi dan duduk dalam posisi mendengarkan. "Silahkan, saya punya banyak waktu untuk mendengarkan," katanya sambil tersenyum.
"Pak, kemarin saya membaca sebuah kalimat yang mengganggu pikiran saya. Saya disuruh memilih satu hal yang terpenting di dalam hidup saya. Tapi saya bingung harus menjawab apa, kalau dipikir-pikir kan semuanya itu penting. Keluarga saya penting, pacar saya itu penting, teman-teman saya penting, hobby futsal saya penting, pekerjaan saya juga penting. Lantas saya harus memilih yang mana dong Pak?" tutur mahasiswa itu dengan wajah cemas.
Disambut dengan tawa, sang profesorpun beranjak dari kursinya menuju lab kecil di belakang mejanya. Diambilnya 3 buah toples. Satu toples kosong, tak ada isinya. Satunya lagi berisi batu dan yang lain berisi pasir. Toples itu kemudian diatur di meja.

"Nah, kamu lihat ini apa?"
"Ini toples, Pak prof. Tapi untuk apa toples-toples ini?"
"Anggap saja toples kosong ini adalah kamu. Sedangkan batu-batu ini hal-hal besar yang sangat penting di kehidupan seseorang, seperti keluarga, pasangan hidupmu, temanmu, kesehatanmu, anak-anakmu kelak. Sedangkan pasir ini adalah hal-hal yang kau anggap penting lainnya, seperti pekerjaan, rumah, mobil, yah hal-hal kecil yang juga sebenarnya penting untukmu."
"Lalu, prof?" si mahasiswa tampak masih tak mengerti dan penasaran.
"Sekarang coba masukkan pasir ke dalam toples yang kau anggap dirimu tadi, isilah hingga penuh." Kemudian si mahasiswa mengisi penuh toples kosong dengan pasir.
"Nah, kini masukkan batu-batu ke dalamnya," kata profesor.
"Ah, Anda bercanda prof. Toplesnya kan sudah saya isi dengan pasir dan penuh. Bagaimana bisa saya memasukkan batu ke dalamnya?"
"Nah, itulah yang saya maksud. Apabila kau mengisi hidupmu dengan hal-hal kecil yang kau anggap penting terlebih dahulu, maka hal-hal besar yang juga penting ini tak punya tempat lagi. Coba kau balik, isilah terlebih dahulu toples ini dengan batu. Kau masih bisa mengisinya dengan pasir, bukan?"
Si mahasiswapun mengangguk dan mengerti. Bagaimanapun, keluarga, kesehatan, pasangan, teman, adalah hal yang jauh lebih penting ketimbang pekerjaan, mobil, harta benda, dan lain sebagainya. Kita boleh bekerja keras demi membeli rumah mewah, mobil mewah dan barang-barang mewah untuk menyenangkan hati dan keluarga. Namun, akan jauh lebih membahagiakan apabila kita punya waktu yang lebih banyak untuk mereka.
Mulai saat ini, utamakan 'batu-batuan' di dalam hidup, kemudian sisanya, masukkan pasir ke dalam hidupmu. Itulah yang dinamakan kebahagiaan.

Separuh Porsi Es Krim

Separuh Porsi Es Krim


 
Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.

Seorang pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu lalu memberikan buku menu makanan. Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.
"Berapa harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?" tanya sang anak kecil.
Sang pelayan menjawab, "Lima puluh ribu,"
Anak kecil itu memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu mengambil beberapa receh dan menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, "Kalau es krim yang tidak diberi saus strawberry dan cokelat?"
Si pelayan mengerutkan kening, "Dua puluh ribu,"
Sekali lagi anak kecil itu mengambil receh dari dalam saku celananya lalu menghitung. "Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?"
Kesal dengan kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, "Sepuluh ribu!"
Sang anak lalu tersenyum, "Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!"
Pelayan itu mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur lalu kembali membawa es krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan kembali datang memberikan nota pembayaran.
"Semua sepuluh ribu bukan?" tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan setumpuk uang receh. Wajah sang pelayan tampak masam karena harus menghitung ulang receh-receh itu. Lalu sang anak mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku celana belakangnya, "dan ini tips untuk Anda!" ujar sang anak sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.
Sahabat, ada kalanya kita tidak melihat apa yang melekat pada tubuh seseorang saja sebagai penilaian. Bukan hal yang bagus untuk meremehkan seseorang karena melihat penilaian dari luar, Anda tidak akan pernah tahu pada beberapa waktu yang akan datang, seseorang yang Anda remehkan bisa jadi merupakan pengantar rejeki yang tak terduga." Jangan pernah meremehkan orang lain, bisa jadi rejeki Anda mengalir darinya."

Harga Anak Anjing Yang Cacat

Harga Anak Anjing Yang Cacat




Di sebuah toko hewan yang menjual berbagai jenis anjing peliharaan, terpajang sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa ada beberapa anak anjing berusia sebulan yang siap dijual. Melihat pengumuman itu, seorang anak laki-laki, masuk ke dalam toko kemudian bertanya, "Berapa harga anak anjing yang Anda jual?" kemudian sang pemilik toko menjawab, "Satu anak anjing bisa diberi harga 500 ribu sampai 700 ribu rupiah,"
Anak laki-laki itu kemudian mengambil beberapa lembar uang yang ada di dalam saku celananya, "Uangku hanya lima puluh ribu, apakah aku boleh melihat-lihat anak anjing yang Anda jual?"
Pemilik toko anjing itu tersenyum dan tidak keberatan, dia segera bersiul dan muncul beberapa ekor anjing yang berlarian menuju sang pemilik toko. Dari beberapa ekor anak anjing tersebut, ada salah satu anak anjing yang berjalan sedikit pincang dan tertinggal di belakang. "Anak anjing itu kenapa?" tanya sang bocah.
Sang pemilik toko kemudian menjelaskan bahwa anak anjing itu memang mengalami cacat fisik sejak lahir, pada salah satu kaki belakangnya. "Kalau begitu, aku mau membeli anak anjing itu," kata sang anak laki-laki.
"Aku sarankan agar kau tidak membeli anak anjing cacat itu, tetapi kalau kau menginginkannya, aku akan memberikan secara cuma-cuma," ujar sang pemilik toko.
Wajah anak laki-laki itu tampak kecewa. "Aku tidak mau kalau Anda memberikan anak anjing itu secara cuma-cuma. Sekarang saya hanya punya uang lima puluh ribu, aku akan mencicil membayarnya dengan uang sakuku," ujarnya dengan suara yang yakin dan mantap.
"Nak, kenapa kau ingin membeli anak anjing cacat itu? Dia tidak bisa berlari dengan cepat, tidak bisa melompat dengan gesit dan bermain seperti anak anjing lainnya," ujar sang pemilik toko.
Setelah terdiam beberapa detik, anak laki-laki itu menarik ujung celana panjang yang dia pakai. Tampak sepasang kaki yang terbuat dari bahan metalik, sepasang kaki palsu. "Aku juga tidak bisa berlari dengan cepat, tidak bisa melompat dengan bebas seperti anak-anak lainnya. Karena itu aku tahu bagaimana rasanya, dan anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mengerti bagaimana rasanya menjadi sosok yang--aku lebih suka menyebutnya spesial dibandingkan cacat,"
Pemilik toko langsung terharu dan mengatakan, "Aku akan berdoa agar anak-anak anjing yang lain bisa memiliki majikan sebaik dan sehebat dirimu, nak."

Rabu, 06 Juni 2012

Karena Kamu Tulang Rusukku


Karena Kamu Tulang Rusukku
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Chaca dan aBe duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu ABe pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
 aBe: Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Chaca : Kamu dong?
aBe : Menurut kamu, aku ini siapa?
Chaca : (Berpikir sejenak, lalu menatap aBe dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, aBe dan Chaca mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, aBe lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,

“Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Chaca sangat membenci ketidakdewasaan aBe dan secara spontan balik berteriak,

“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!” Tiba-tiba aBe menjadi terdiam ,

Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Chaca, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Chaca menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, aBe kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”

Lima tahun berlalu. Chaca tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan aBe. aBe pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Chaca yang tahu semua informasi tentang aBe, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, aBe tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Chaca meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan aBe. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Chaca : Apa kabar?
aBe : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Chaca : Belum.
aBe : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Chaca : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
aBe tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”

Seminggu kemudian, Chaca mendengar bahwa aBe mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Chaca mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena aBe, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”